Faktor Maraknya Kesyirikan – Seri
Ruqyah yang Syar’iyah
Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni (dosa) syirik dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia
kehendak, barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat
dosa yang besar”. (QS. An
Nisaa/4: 48).
Bersyukur sekali kita terlahir dan dibesarkan di bumi
Indonesia, negeri tercinta dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Negara
yang diberkahi keindahan alam, kekayaan melimpah, juga keunikan budayanya.
Saking uniknya, terkadang saya masih terkaget kaget dengan banyak fenomena
masyarakatnya.
Beberapa waktu yang lalu Indonesia dihebohkan dengan
kematian Mbah Maridjan (juru kunci Merapi). Kejadian ini sempat menjadi topik
hangat di perbincangkan oleh masyarakat. Kalau dipikir mana mungkin, seorang
yang tua renta dapat menjaga gunung yang tangguh apalagi jika kita telusuri
bahwa juru kunci tersebut berperan sebagai mediator antara masyarakat dengan
hal-hal gaib yang ada di sekitar gunung merapi.
Kisah lain, dukun cilik Ponari, yang konon dapat
menyembuhkan berbagai macam penyakit hanya dengan meminum air batu keramat
(yang bahkan disebut-sebut berasal dari surga). Belum lagi praktek ngalap
(mencari) berkah dari pohon, mencari rejeki dari jin di Gunung Lawu,
penangkapan tuyul dalam botol, percaya kepada tathoyyur (primbon), praktek
horoskop (ramal nasib di televisi), pengajaran ilmu kekebalan atau kebatinan,
lempar sesajen ke lautan, sampai-sampai kita sudah tidak asing lagi bila
bersinggungan dengan hal-hal yang berbau mistis dan keramat mulai keris,
pedang, batu permata, cincin, kalung, gelang yang dipercaya dapat membawa
kekuatan magis bahkan kebal terhadap senjata tajam.
Fenomena ini, membuat
mau tidak mau, nyata tidak
nyata akan membawa kita pada arah kesyirikan. Tragisnya lagi,
kesyirikan-kesyirikan seperti ini menjadi semakin laris dan tersebar di
kalangan orang-orang jahil di kalangan kaum muslimin, ditambah lagi peran media
yang begitu mem-blow-up dan mendramatisir untuk cari berita walapun
terkadang merusak aqidah dan iman umat.
Inilah gambaran bangsa kita pak...bu, tugas dan tanggung
jawab kita semua untuk memerangi segala kebodohan di negara ini, sudah
berpuluh-puluh tahun merdeka gak berubah-berubah. Bertambah tahun, semakin
banyak bentuk-bentuk kemusyrikan, semakin samar mana yang musyrik atau bukan.
Mengingat maraknya fenomena tersebut, hendaknya kita banyak belajar dari
sejarah dan pengalaman, berapa banyak kaum yang binasa dan tertimpa azab akibat
perbuatan menyekutukan Allah SWT.
Syirik termasuk persoalan bid’ah paling besar dalam
kehidupan manusia yang perlu ditangani dengan sungguh-sungguh. Syirik bisa saja
dilakukan oleh siapapun. Apabila seseorang menyekutukan Allah Swt dengan
sesuatu makhluk-Nya, baik dengan sadar atau tidak, memiliki kepercayaan dan
i’tikad dalam ubudiyah, uluhiyyah dan rububiyyah, maka ia jelas-jelas telah
berbuat syirik.....
Pengertian Syirik
Syirk berasal dari
kata شَرِكَ
– يَشْرَكُ
– شرِكًا
yang berarti: menjadi sekutu baginya, memberikan bagian untuknya baik sedikit
ataupun banyak di dalam dzat, atau makna.
Syirik memiliki beberapa tingkatan, dan kesemuanya tercela, yakni syirk al
akbar (besar) & syirk al ashghor (kecil). Sedangkan dari sisi apakah dapat
diketahui manusia lain ada syirk adz dzôhir/jâliy (jelas), syirk
al khofy (tersembunyi)
Syirik al Akbar
Syirik akbar adalah menjadikan tandingan bagi Allah dalam
hal ‘uluhiyyah atau ‘ibadah. Inilah yang dimaksud dalam surah An-Nisa[4]:
48,116 diatas, mengakibatkan pelakunya ke luar dari agama Islam, serta kekal
selama-lamanya dalam neraka bila tidak taubat darinya.
Syirik al Ashghar
Setiap ucapan atau perbuatan yang dinyatakan syirik oleh
syara’ tetapi tidak mengeluarkan dari agama, seperti riya’, yaitu seseorang
yang shalat karena Allah akan tetapi dia menghiasinya/membaguskanya supaya
dilihat manusia, atau seseorang berinfaq untuk taqarub kepada Allah tetapi dia
juga menginginkan pujian manusia.
Syirik inilah yang pernah ditakutkan oleh Nabi kita,
Muhammad -Shollallahu ‘alaihi wasallam- menimpa umatnya. Beliau khawatir jika
umatnya tertimpa syirik kecil, apalagi jika yang menimpa mereka adalah syirik
besar yang merupakan kekafiran, bisa mengeluarkan manusia dari Islam.
Sebagaimana beliau bersabda,
”Sesungguhnya sesuatu yang paling aku
takutkan atas diri kalian adalah syirik ashghor (kecil)". Mereka (Para
sahabat) berkata, "Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?" Beliau
bersabda, "Riya’ (ingin diperhatikan saat beramal). Allah -Azza wa Jalla-
berfirman di hari kiamat saat Allah memberikan balasan kepada manusia
berdasarkan amalan-amalan mereka, “Pergilah kalian kepada orang-orang yang
kalian berbuat riya’ (di depannya) ketika di dunia; perhatikanlah, apakah
kalian mendapatkan pada mereka balasan”. [HR. Ahmad
(5/428-429)].
Syirk adz Dzôhir
Syirik ini terjadi dalam perbuatan secara jelas bisa
dilihat manusia, semisal menyembah berhala, menyembelih hewan untuk selain
Allah dll. Ini terkategori juga sebagai syirk al akbar (besar)
Syirk al Khofy
Syirik al-khofy adalah syirik
yang manusia tidak mengetahuinya, karena tersembunyi dalam hati. Seperti riya’
(pamer) dan sum’ah (ingin didengar org). Riya’ bisa masuk dalam kategori syirik
al akbar jika amalnya hanya untuk manusia, bukan untuk Allah, ia lakukan kalau
dilihat manusia, kalau tidak dilihat maka ia tidak lakukan. Namun jika amalnya
untuk Allah namun ia mengharap juga pujian manusia maka termasuk syirik al
ashghar. Begitu juga bersumpah dengan selain nama Allah adalah syirik
ashghar, tetapi jika yang bersumpahnya itu dengan keyakinan bahwa yang dia
pakai untuk sumpah itu menyamai keagungan Allah maka ini termasuk syirk al
akbar.
Syirik ada dalam banyak hal, diantaranya adalah:
1. Syirk al Istiqlâl, yakni menetapkan adanya dua
Tuhan atau lebih yg mereka saling bebas.
2. Syirk at Tab’idh, yakni menetapkan bahwa Tuhan
terbagi-bagi.
3. Syirk at Taqrîb, yakni beribadah kepada selain
Allah untuk mendekatkan diri kepada Allah, seperti generasi awal zaman
jahiliyyah.
4. Syirk at Taqlid, yakni beribadah kepada selain
Allah karena ikut orang lain.
5. Berhukum dengan selain yg diturunkan Allah dan
menghalalkannya. Karena firman Allah:
Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan
selain Allah. dan (juga mereka mempertuhankan) Al
Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa,
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan. (QS। At Taubah/9 :
31).
Ady bin Hatim radhiyallahu ’anhu berkata:
Wahai Rasulullah mereka (nasrani) tidaklah menyembah mereka (rahib). Maka
Rasul menjawab: Benar, akan tetapi mereka (rahib dan orang alimnya)
menghalalkan apa-apa yang diharamkan Allah maka mereka (nasrani) menghalalkannya,
dan mereka mengharamkan apa yang dihalalkan Allah maka mereka (nasrani)
mengharamkannya pula, itulah penyembahan mereka (nasrani) kepada mereka (rahib
dan orang alimnya). (HR. Baihaqi, dan Tirmidzi dengan sanad Hasan)
6. Syirk al
Aghrôdh, yakni ber’amal untuk selain Allah.
7. Syirk al Asbâb, yakni menyandarkan
akibat hanya kepada sebab-sebab semata. (Sumber: al-fatah-khairu-ummah.blogspot.com)